Minggu, 11 September 2011

"Ketika aku menginjakkan kaki di rumahNya, teringat padaNya itu sudah pasti. Tapi suara lonceng dan langkah kaki menuju altar itu selalu memaksaku untuk merindukan dan menemukanmu dalam pikiranku jauh di belakang sana. Pelan, diiringi nyanyian seriosa menyemarakkan langkahku, semakin dan semakin merindukan dirimu untuk melangkah di sampingku. Dekat dan semakin dekat, mengucapkan janji, mengikat diri di hadapanNya. Tahukah kamu ? Setiap kita bertemu aku menabung rindu."

Selasa, 06 September 2011

terdampar dalam sebuah kesalahan
terjerumus, terperosok, dan larut bersama topeng-topeng itu
tenggelam dalam alunan kemunafikan dan kepura-puraan
memaksaku seperti bertingkah laksana robot
mendesakku tersenyum saat kepahitan datang
obrolan picisan pasar dan pikiran-pikiran konvensional menjadi idaman
haruskah aku larut di dalamnya ?
semakin ingin kupecahkan ruang sempit ini
kembali ke masa lalu
tak apa, aku memang manusia masa lalu
seorang pecundang yang tak pernah bisa menatap lurus ke depan
merindukan setiap cerita sederhana bersama dunia nyata
bukan mereka yang memperjuangkan teori fiksi belaka
tapi mereka yang menjejaliku sekelumit pelajaran hati
untukku hidupku
untuk kisah indah kami
tapi hidup tak pernah memberikan kesempatan indah untuk kedua kalinya
cukup sekian
dalam kerentanan ini, aku merindukan mereka
hingga akhirnya hujan turun.
negeri ini terlalu banyak pikiran konvensional, cerita picisan kelas pasar, sarjana nyinyir, dan topeng-topeng memuakkan.