“Jika
kamu tak tahu lagi kemana dan kepada siapa harus berbagi, berbagi saja dengan
semut-semut hitam itu, mereka selalu ada di setiap sudut kamarmu.”
Rasanya sangat tidak nyaman sekali,
seperti duduk di atas kerikil-kerikil tajam. Monoton dengan segala
ketidaknyamanannya. Hidup ini penuh perbedaan namun bukan untuk diperdebatkan,
begitulah teorinya. Ajang idealisme, katanya. Idealisme kok malah merugikan orang lain, egoisme itu namanya.
Masih tengah malam, masih dengan
segelas kopinya yang hampir habis, masih dengan sebatang rokoknya. Ya, masih
tetap sabar menunggu inspirasinya datang. Sambil menuangkan beberapa sendok
gula ke dalam kopi manisnya yang hampir dipenuhi oleh semut-semut hitam itu, “biar saja mereka turut menikmati kopi ini,
setidaknya merekalah satu-satunya makhluk di tempat ini yang paling setia dan
berani mengambil resiko, jujur apa adanya dan tanpa basa-basi. Saya suka
mereka.” Gadis itu kembali menyeruput kopinya sambil membuka album lama,
memandangi sosok-sosok hebat di masa lalu. Rasanya seperti ya seperti ingin
kembali ke rumah saja.