Senin, 03 September 2012

NOSTALGIA


Aku suka lampu jalanan di malam hari. Aku suka cahaya lampu kuning di ruang itu. Aku suka ketika wajah kita terlihat cerah di bawah cahaya remang malam hari, berjalan menembus dinginnya malam, sebuah perjalanan mencari kesenangan dan akhirnya harus diakhiri oleh larutnya malam. Kurasakan surga di setiap malam kita menembus dinginnya angin jalanan. Jika surga hanya sebatas pelukan dan dekapan hangat darimu kurasa manusia tak perlu jungkir-balik beribadah untuk mendapatkannya.
Berada dalam situasi seperti ini bukanlah pilihan. Ini sajian yang tidak mungkin dipilih ataupun ditolak. Semua  hadir dan berjalan begitu saja. Munafik jika aku pergi begitu saja. Untuk meninggalkannya saja sangat sulit. Jika segampang pergi ke toilet lalu pergi begitu saja tanpa merasa berdosa, akan kulakukan itu sekarang juga. Jika aku tidak pergi mau sampai kapan aku di sini, di petak ini, hidupku semakin hari semakin tumbuh ke atas dan semakin mengakar ke bawah tapi tak berkembang ke samping, hanya bisa melihat keberhasilan dan kegagalan di luar sana tanpa bisa menyentuhnya. Asal kamu tahu, aku hanya merasa nyaman. Nyaman, ya hanya itu saja. Tidak lebih dan tidak kurang.
Kesedihanmu selalu berakhir di ranjang dan akhirnya tertidur dan berharap duniamu berubah lebih baik ketika kamu terbangun. Selalu begitu. Tak ada tindakan karena kamu tak tahu apa yang harus dilakukan. Hanya diam dan membiarkan diam mu itu bekerja mencari jalan keluar. Ada dunia di sekitarmu. Ada aku di sampingmu, tapi kamu tak pernah ingin memecah keheninganmu. Kamu selalu mendamba untuk sendiri. Ya sudah. 
Jika aku boleh jujur, kamu adalah orang paling tulus yang selalu menemaniku sepanjang waktu. Setelah orang tua ku tentunya. Jadi layak lah jika kubalas semua itu dengan hal serupa. Kita sama-sama tahu, kita sama-sama nyaman, seringkali kita saling mengusir satu sama lain untuk pergi dari zona nyaman ini agar kita mendapatkan yang lebih atau yang kurang, namun akhirnya juga tidak ada di antara kita yang pergi. Nyaman dengan sapaan hangat di pagi hari, segala perhatian yang terlontar begitu saja, dan segala imajinasi gila yang entahlah apa maksudnya. Yang aku harap semoga semua itu bukan fiksi, bukan sekedar ketikan di layar ponsel, bukan sekedar pembicaraan hambar karena sudah tak ada obrolan lagi, tapi karena kamu memang orang paling tulus yang selalu menemaniku sepanjang waktu. Setelah orang tuaku tentunya. Asal kamu tahu, aku hanya merasa nyaman. Nyaman, ya hanya itu saja. Tidak lebih dan tidak kurang. Apa yang terjadi selanjutnya biar Tuhan saja yang menyimpulkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar