Selasa, 12 Juni 2012

MELANKOLIA



Si  jalang kecil di pagi hari membangunkan dan mencoba menyeretku pada sisa air mata semalam. Dan lagi-lagi aku kalah, aku payah dan aku tak lebih dari seonggok daging dengan mesin penghasil air mata di dalamnya.
Si  jalang kecil tersenyum dan tertawa. Tugasku tak lebih dari menangisi yang tak abadi. Tugasku tak lebih dari menyesali parodi di pagi hari. Sampai akhirnya mati dan tertidur lagi. Tak bisa menikmati matahari terbenam bersama lagi. Tak bisa merasakan hujan yang sama. Tak bisa memijakkan kaki di tanah yang sama. Tak bisa menebus janji dan impian lama. Dengan dia yang tak abadi. Dan setiap bunyi ‘shutter’ yang dulu kudengar kini menjadi simpanan manis di dalam sana. Si jalang kecil menyuruhku bangun, keluar, dan menjadi lebih dari sekedar seonggok daging bernyawa. Menulis kisah baru. Membangun kembali kisah-kisah yang tak akan pernah abadi lainnya.