Sabtu, 23 Februari 2013

Setiap Tempat Punya Cerita [Maria Anita Rusanti]


Judul : Home Sweet Home
Lokasi Foto : Rumahku (Bantul Yogyakarta)

"Segala sesuatu terasa lebih berharga jika sudah tak lagi memilikinya."

Foto di atas diambil menggunakan kamera lomoku pada siang hari, tidak menggunakan flash dan sengaja mengambil angle dari dalam rumah. 

Rumah, sebuah bangunan yang mungkin sering terlupa keistimewaannya. Sebatas dijadikan tempat tujuan pulang dan tempat singgah di waktu malam. Sedikit yang mampu mengabadikan memori yang tersimpan. mungkin karena belum merasakan kehilangan.


Segala sesuatu terasa lebih berharga jika sudah tak lagi memilikinya. Mungkin dulu aku tak begitu menghiraukan tempat itu. Sebatas bangunan sebagai identitas di mana aku tinggal. Sebatas tempat permulaanku  menuju tempat-tempat lainnya. Dan sebatas tempat tujuan akhir di mana aku pulang. Sebatas sebuah bangunan yang beralamatkan sebagai identitas jika kerabat datang. Sebatas bangunan yang beralamatkan sebagai identitas jika pak pos atau kurir datang membawa kiriman. Kondisinya sama sekali tidak membanggakan, biasa saja, sederhana saja. Tidak ada garasi di depannya, tidak ada elektronik mahal di dalamnya, tidak ada tanda-tanda bahwa pemiliknya adalah orang berada. 

Suatu malam aku sengaja melewati jalan itu, jalan menuju rumahku (dulu). Tidak untuk pulang ke situ tentunya, hanya melewatinya saja, setelah sekian lama. Seolah tubuh ini hanya sebatas luarannya saja dengan kepala yang tak berisi apa-apa. Sel-sel tubuhku mati, mematung, dan rasanya ada yang memberontak di dalam dada. Bibir tak lagi dapat berkata apa-apa. Tidak ada yang bisa kulakukan selain memandangi apa yang bukan lagi menjadi milikku. Mendambakan apa yang bukan lagi menjadi milikku. Menginginkan apa yang bukan lagi menjadi milikku. Ketika aku tidak mampu untuk memilikinya lagi, tempat itu menjadi seribu kali lipat lebih berharga dibanding apapun. 

Aku masih merasakan bau dan suasana yang sama di halaman rumah, bau dedaunan basah. Bagaimana dengan kondisi di dalamnya? Ingatanku tak luput untuk mengingat setiap petak bilik dan sudut rumahku. Ingatanku juga tak luput mengingat memori di dalamnya. Aku lahir di situ, aku tumbuh besar dan berkembang di tempat itu. Tempat yang selalu menjadi tujuanku mencari Ibu jika bosan main di luar rumah. Tempat di mana ayahku berteriak dari dalam rumah, memanggil dan menyuruh aku dan adik-adikku masuk ke rumah karena hari mendung. Tempat di mana kami menghabiskan waktu dengan mengobrol dan menonton televisi saat musim liburan karena kami tak punya dana berlebih untuk liburan. Bahkan peristiwa terakhir kalinya kami berada di tempat itu lalu kami harus meninggalkan tempat itu karena segala pelik permasalahan yang ada. Setiap piksel memori itu masih sangat jelas di pikiranku. Namun, apa yang bisa kulakukan jika aku tak lagi bisa membawa serta memori itu pulang bersamaku ke tempat baru.