Senin, 03 Oktober 2011

filosofi secangkir kopi dan gadis perokok

manusia zaman ini, manusia berjiwa setengah-setengah. setengah modern setengah konservatif. luarnya saja yang terlihat modern, dalamnya tetap saja konservatif. dasar manusia pemamahbiak, korban peralihan zaman. berkata 'iya' bila yang lain berkata 'iya'. dasarnya rapuh. menjadi ahli teori basa-basi. menjadi pengumbar komentar nyinyir, pengumbar dosa. selalu menunjuk dan menunjuk, tak sadar keempat jarinya lebih banyak menunjuk pada dirinya.

ketika sang fajar mulai muncul dari peraduannya, masih, gadis itu masih terjaga di kursi ditemani lembaran-lembaran kertas fiksi tanpa inspirasi, secangkir kopi, dan sebatang rokok yang sudah hampir habis terbakar. hisap dan terus menghisap. mencari, merenungi, meraba, tapi tak pernah menemukan.
ruangan bearoma kopi dan kopi beraroma rokok. dihirupnya secangkir kopi dan dihisapnya sebatang rokok. surga dunia, tak ada yang bisa menandingi kenikmatannya. mencari, merenungi, meraba, tapi tak pernah menemukan.
setidaknya dia utuh. tak peduli apa yang terjadi nanti. dia tahu, dia sadar, dia peduli. sekali lagi, dia utuh. hidupnya seperti kopi dan rokok. hitam, tegas, murni, jujur. bukan melawan budaya, bukan pula menciptakan budaya. hanya secuil cara sederhana bagaimana menikmati hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar